DPRD Soroti Lambannya Penanganan Penyintas Longsor di Jampangtengah

0
49

berantasonline.com (Sukabumi)

Sudah lebih dari tujuh bulan sejak bencana pergerakan tanah melanda Kampung Cilimus, Desa Nangerang, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, namun para penyintas belum juga mendapatkan hunian sementara (huntara) maupun hunian tetap (huntap) yang dijanjikan.

Menanggapi lambannya penanganan tersebut, Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi dari Fraksi Golkar, Asri Mulyawati, menyampaikan keprihatinannya. Legislator asal Jampangtengah ini menilai belum adanya solusi konkret hingga saat ini sebagai bentuk kurangnya perhatian serius terhadap korban bencana.

“Ini sudah lebih dari setengah tahun. Tapi tidak ada satu pun huntara maupun huntap yang terealisasi. Ini menyedihkan dan jadi keprihatinan kita bersama,” kata Asri, Selasa (08/07/2025).

Asri mendorong adanya sinergi lintas sektor dalam penanganan bencana, termasuk konsolidasi antara pemerintah daerah, pusat, lembaga kemanusiaan, dan masyarakat. Ia juga menyebut bahwa penanganan di Desa Nangerang seharusnya bisa mencontoh keberhasilan relokasi penyintas di wilayah lain.

“Lihat saja kasus Kampung Pasir Angin – Ciagung, Desa Jampangtengah. Dengan komitmen dan koordinasi, huntap bisa dibangun. Artinya, bukan tidak mungkin, asalkan semua pihak serius,” ujarnya.

Ia memastikan bahwa pihaknya akan segera mengonsolidasikan kembali persoalan ini dengan dinas dan lembaga terkait, agar ada titik terang bagi para penyintas yang hingga kini masih hidup dalam kondisi tidak menentu.

Sementara itu, warga terdampak di Kampung Cilimus terus berharap pemerintah segera bertindak. Ruhendi (46), salah satu korban longsor, mengaku pasrah. Rumahnya hancur total, dan kini ia tinggal menumpang di rumah saudaranya bersama istri dan dua anaknya.

“Dulu waktu pertemuan 11 Desember 2024, di Pustu dekat kantor desa, BNPB janji akan relokasi dan ganti uang kontrakan. Tapi sampai sekarang tidak ada kabar. Kami hanya bisa menunggu,” ungkapnya dengan nada lelah, pada Senin 7 Juli 2025.

Peristiwa pergerakan tanah pada 4 Desember 2024 lalu menghancurkan rumah warga, memutus jembatan, dan merobohkan bangunan SDN Cilimus. Hingga kini, lokasi tersebut masih tergolong zona rawan dan belum ada tanda-tanda relokasi permanen.

(Alex)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini